Berita

Menulis Teks Laporan Hasil Observasi dengan Berburu

Menulis Teks Laporan Hasil Observasi dengan Berburu 

Oleh

Aji Dwi Pratikno

Guru Bahasa Indonesia, SMA Negeri 1 Kutasari

            Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling kompleks. Kemampuan menulis seorang peserta didik dipengaruhi pula oleh kemampuan berbahasa yang lainnya, yaitu menyimak, berbicara, dan membaca. Sering dijumpai kesulitan-kesulitan dalam belajar keterampilan menulis, baik yang datang dari dalam diri peserta didik, maupun faktor dari luar peserta didik.

            Kesulitan yang sering dijumpai dari dalam diri peserta didik antara lain kesulitan menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan, pemilihan kata, mengawali menulis, dan mengakhiri menulis. Faktor dari luar antara lain monotonnya metode mengajar guru, kurangnya media belajar, dan kurangnya motivasi belajar.

            Salah satu kompetensi dasar menulis di kelas X SMA adalah menulis teks laporan hasil observasi. Agar pembelajaran lebih menarik dan mampu mengembangkan keterampilan menulis peserta didik maka perlu dirancang pembelajaran yang efektif. Selain itu, rancangan pembelajaran juga harus mampu mengatasi kesulitan yang dialami peserta didik.

            SMA Negeri 1 Kutasari memiliki potensi lingkungan sekolah yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Mulai dari gedung-gedung hingga taman-taman sekolah, dapat dijadikan sebagai tempat yang menarik untuk sarana belajar.

            Oleh karena itu, pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi di SMA Negeri 1 Kutasari memanfaatkan media lingkungan sekolah. Agar pembelajaran lebih menarik, maka menggunakan permainan berburu harta karun. Sebenarnya, berburu harta karun ini merupakan kreasi dari model pembelajaran discovery learning.

            Model discovery learning mengarahkan peserta didik untuk menulis teks laporan hasil observasi berdasarkan bukti-bukti atau fakta-fakta hasil kegiatan observasi yang sebenarnya melalui langkah-langkah yang kompleks sebagaimana dilakukan oleh ilmuwan mulai dari mengidentifikasi masalah-masalah dari objek yang akan diobservasi, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data atau bukti-bukti dari fakta di lapangan, mengolah data secara jujur menjadi sebuah teks laporan hasil observasi yang utuh, memverifikasi data dengan cara mengkomunikasikannya dengan menarik kepada orang lain untuk ditanggapi, serta menarik kesimpulan.

            Dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi dengan permainan berburu harta karun, peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat sampai lima peserta didik. Guru harus menyiapkan kartu petunjuk atau teka-teki yang akan dipecahkan peserta didik. Kartu petunjuk ini akan mengarahkan peserta didik pada sebuah tempat di sekolah. Dengan mengumpulkan bukti, fakta, dan mengolah data maka peserta didik yang telah berkelompok menuju tempat sesuai pemecahan teka-teki di kartu petunjuk.

            Sesampainya di tempat yang dituju, peserta didik melakukan observasi secara detail, mengumpulkan data dan fakta, dan membuat dokumentasi menggunakan bantuan smartphone. Selesai melakukan observasi dan mengumpulkan data, peserta didik kembali ke kelas dan menyusun laporan hasil observasi.

            Setelah itu, secara bergantian, masing-masing kelompok mempresentasikan teks laporan hasil observasinya dan menunjukkan bukti berupa pemecahan teka-teki kartu petunjuk dan bukti dokumentasi. Kelompok yang lain memberikan tanggapan apakah observasi yang dilakukan sudah tepat. Bagi kelompok yang menyusun teks laporan hasil observasi dengan pemecahan kartu petunjuk yang tepat, maka akan mendapatkan harta karun. Harta karun ini berupa hadiah dari guru sebagai wujud menghargai prestasi peserta didik.

            Dengan langkah-langkah tersebut, dapat mendorong peserta didik untuk mampu menulis laporan hasil observasi. Model ini mengubah kegiatan pembelajaran dari teacher oriented (berpusat pada guru) menjadi student oriented (berpusat pada peserta didik).

Dengan demikian, tidak ada ruang lagi bagi peserta didik yang pasif dan bermalas-malasan dalam belajar. Penggunaan model discovery learning diharapkan mendukung terbudayanya kecakapan berpikir kritis peserta didik, kreativitas, minat, kepercayaan diri, dan daya juang peserta didik dalam memecahkan masalah. Model ini juga menuntut para peserta didik untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Sehingga diharapkan dapat melatih sikap sosial sekaligus mengembangkan karakter yang baik dalam diri setiap peserta didik.